Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala. Perkara yang harus diimani seorang muslim di antaranya adalah tentang surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat kembali yang abadi bagi makhluk. Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala bagi orang-orang yang beriman, sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan adzab dan dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbuat kebaikan benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (Al-Infithar: 13-14). Berkaitan dengan surga dan neraka, ada beberapa hal penting yang merupakan keyakinan ahlus sunnah yang harus kita imani.
Pertama: Surga dan Neraka Benar Adanya.
Keberadaan surga dan nereka adalah haq. Tidak ada keraguan di dalamnya. Neraka disediakan bagi musuh-musuh Allah, sedangkan surga dijanjikan bagi wali-wali Allah. Penyebutan tentang surga dan neraka dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sangatlah banyak. Terkadang disebutkan tentang kondisi penduduk surga dan neraka. Terkadang disebutkan tentang janji kenikmatan surga dan adzab di neraka. Terkadang disebutkan dorongan agar bersemangat meraih surga dan ancaman dari neraka. Demikian pula As-Sunnah (Hadits) banyak menyebutkan tentang surga dan neraka. Itu semua menunjukkan bahwa keberadaan surga dan neraka adalah benar adanya (Dalil-dalil selengkapnya bisa dirujuk dalam Ma’arijul Qabul 470-472)
Kedua. Surga dan Neraka Sekarang Sudah Ada.
Ahlus Sunnah telah sepakat bahwa keduanya merupakan makhluk Allah yang telah ada sekarang. Hal ini bertentangan dengan keyakinan mu’tazilah dan qadariyah yang lebih mengedepankan akal mereka. Adapun dalilnya adalah firman Allah (artinya): “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali ‘Imran: 133). Tentang neraka Allah berfirman (artinya): “Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (Ali ‘Imran: 131). Diriwayatkan juga bahwa Nabi pernah melihat Sidratul Muntaha, kemudian melihat dan masuk ke dalam surga. Hal ini terjadi ketika beliau mengalami peristiwa Isra’ Mi’raj. (Silahkan merujuk dalam kitab Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Al-Imam Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi II/1056-1058).
Ketiga. Penciptaan Surga dan Neraka Sebelum Penciptaan Manusia.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (artinya): “(Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini niscaya kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-A’raf: 19). Surga telah ada sebelum ditiupkannya ruh pada diri Adam. Hal ini menunjukkan surga sudah ada sebelum penciptaan Adam ( Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh II/1070 )
Keempat. Surga dan Neraka Sudah Ditetapkan Penghuninya.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (artinya): “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia … ” (Al-A’raf: 179). Dari ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “… Sesungguhnya Allah telah menciptakan para penghuni untuk surga. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, sedangkan mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka. Allah juga telah menciptakan para penghuni bagi neraka. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, padahal mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka.” (HR. Muslim 2662) (Syarh Al ‘Aqidah At Thahawiyah li Al Imam Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi II/1070-1071). Namun hal ini termasuk dalam perkara ghaib, sehingga hanya Allah yang mengetahui siapa saja penghuni surga dan neraka. Oleh karena itu kita harus berusaha agar termasuk ke dalam penghuni surga, yaitu dengan banyak beramal shalih. Karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan amal yang kita lakukan, sebagaimana firman Allah (artinya): …Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan… (QS. Al ‘Imran:195).
Kelima. Surga dan Neraka Kekal Abadi.
Allah Ta’ala berfirman (artinya): “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (Huud: 108). Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada penyeru memanggil “Sesungguhnya kalian sehat terus tidak akan sakit, hidup terus tidak akan mati, muda terus tidak akan tua, dan selalu dalam kenikmatan tidak akan menderita.’ Maka itu adalah firman Allah ‘azza wa jalla, ‘Dan diserukan kepada mereka, ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.’ (Al-A’raaf: 43)” (HR. Muslim 2837).
Keyakinan tentang surga dan neraka di atas, terangkum dalam perkataan yang disampaikan oleh Imam Abu Ja’far At-Thahawy rahimahullah dalam kitab beliau Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, beliau menjelaskan: “Surga dan neraka merupakan dua makhluk yang tidak akan punah dan binasa. Sesungguhnya Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan makhluk lainnya dan Allah juga telah menetapkan penghuninya…” (Matan Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah).
Jangan Enggan Masuk Surga
Kenikmatan surga adalah kenikmatan yang tidak bisa dijangkau oleh indera manusia. Tidak ada satupun kenikmatan dunia yang setara dengan kenikmatan surga. Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits qudsi, “Allah berfirman (artinya): ‘Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia” (HR. Bukhari). Demikianlah kenikmatan hakiki yang akan dirasakan oleh penghuni surga. Tentu setiap kita pasti menginginkannya. Akan tetapi ada sebagian orang yang enggan untuk memasukinya. Siapakah mereka ? Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam hadits berikut. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, dan barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga “ (HR. Bukhari)
Makna hadits ini bahwasanya umat beliau yang mentaati dan mengikuti petunjuk beliau akan masuk surga. Barangsiapa yang tidak mengikutinya berarti dia enggan masuk surga. Barangsiapa yang mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mentauhidkan Allah serta istiqomah dalam syariat Allah seperti menegakkan shalat, menunanaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan, berbakti kepada kedua orangtua, menjaga diri dari perkara yang Allah haramkan seperti perbuatan zina, meminum minuman yang memabukkan, dan perkara haram lainnya, maka akan masuk ke dalam surga. Karena orang tersebut telah mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun orang yang enggan dan tidak mau mentaati syariat maka maknanya orang tersebut enggan untuk masuk surga. Orang tersebut telah mencegah dirinya sendiri untuk masuk ke dalam surga dengan amal keburukan yang dia lakukan. Inilah yang dimaksud makna hadits di atas.
Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk mentaati syariat Allah, serta mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap syariat yang beliau bawa. Beliau adalah Rasulullah yang haq, penutup para Nabi ‘alaihimus shalatu wa salaam. Allah Ta’ala telah berfirman tentang Nabi-Nya (artinya): “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah menyayangimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali ‘Imran :31). Mencintai Rasulullah adalah di antara sebab timbulnya rasa cinta Allah kepada hamba-Nya dan juga sebab datangnya ampunan, serta sebab masuknya hamba ke dalam surga. Adapun bermaksiat kepada beliau dan menyelisihi beliau merupakan sebab kemurkaan Allah dan sebab terjerumusnya seseorang ke dalam neraka. Barangsiapa melakukan yang demikian itu, maka dia adalah orang yang enggan untuk masuk ke dalam surga. Barangsiapa yang menolak untuk mentaati rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dia telah enggan untuk masuk surga.
Wajib bagi setiap muslim, bahkan bagi seluruh penduduk bumi, baik laki-laki maupun perempuan, baik jin maupun manusia (setelah diutusnya Nabi Muhammad), seluruhnya wajib mentaati syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengikuti beliau, melaksanakan perintah beliau, dan menjauhi seluruh apa yang beliau larang. Ini merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Allah Ta’ala berfirman (artinya):, “Barangsiapa yang mentaati Rasul sesungguhnya ia telah mentaati Allah “ (An Nisa: 80). Allah juga berfirman (artinya): “Katakanlah: “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan sejelas-jelasnya” (An Nur: 54). Ayat-ayat yang semakna dengan ini sangat banyak. Maka wajib bagi setiap orang yang mau berpikir dan bagi setiap muslim untuk mentauhidkan Alah dan komitmen di atas ajaran agama Islam, mentatai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, mematuhi perintah beliau, serta menjauhi apa yang beliau larang. Itu semua merupakan sebab masuk ke dalam surga dan jalan menuju surga. Adapun barangsiapa menolak untuk melakukkannya maka orang tersebut telah enggan untuk masuk surga. (Lihat Fatawa Ibnu Baaz )
Penutup
Saudaraku, surga dan neraka itu nyata, bukan hanya sekadar dongeng belaka. Seluruh perkara yang menyebabkan hamba untuk masuk surga sudah dijelaskan, dan seluruh hal yang akan menjerumuskan seorang ke dalam neraka pun telah diperingatkan. Pilihan ada di tangan kita, jalan mana yang hendak kita tempuh. Hanya kepada Allah kita memohon keselamatan.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhhamad.
Penyusun : dr. Adika Mianoki (Alumni Ma’had Al‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ust. Abu Salman, BIS